03 March 2009

Pesona Makassar


Pantai Losari
Mari kita telusuri dari tepi laut, yakni Pantai Losari. Pantai ini amat terkenal dan menjadi kebanggaan masyarakat Makassar. Dulu, pantai yang panjangnya satu kilometer ini pernah dijuluki pantai dengan meja terpanjang di dunia. Karena warung-warung tenda berjejer di sepanjang tanggul pantai.

Pantai ini memiliki keistimewaan dan keunikan yang sangat memesona. Ditemani deburan ombak yang memecah tanggul pantai dan kesejukan angin sepoi-sepoi, pengunjung dapat menyaksikan terbit dan terbenamnya matahari di satu posisi yang sama hingga menghilang dibalik cakrawala.

Di sebelah selatan anjungan pantai terdapat kafe dan restoran terapung yang menggunakan perahu tradisional ‘Phinisi’. Di tempat itu anda dapat menikmati berbagai macam makanan tradisional Bugis-Makassar sambil mengakses internet secara gratis melalui hotspot di sepanjang Pantai Losari.

Pantai Tanjung Bunga
Pantai yang berjarak tiga kilometer dari Pantai Losari ini memiliki dermaga, namun tidak difungsikan sebagaimana layaknya dermaga sungguhan. Kawasan rekreasi ini lebih dikenal dengan Akkarena. Selain berenang dan menikmati tenggelamnya matahari di waktu senja, Anda dapat bersantai di pinggir dermaga sambil menikmati cemilan dan minuman ringan. Pantai ini cukup sunyi di luar weekend dan letaknya sedikit tersembunyi. Tepat bagi Anda yang menginginkan kesendirian.

Benteng Ujung Pandang
Beranjak ke tengah kota, Anda dapat mengunjungi Benteng Ujung Pandang atau yang sering disebut Fort Rotterdam. Situs ini adalah peninggalan Kerajaan Gowa. Dibangun pada 1545 oleh raja Gowa X yang bernama Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung. Ia dikenal juga dengan nama Karaeng Tunipalangga Ulaweng. Bentuk dasar benteng ini adalah kotak besar seperti seekor penyu, dengan gaya arsitektur Portugis yang di buat dari bahan tanah liat. Modelnya sama dengan benteng di Eropa diabad ke-16. Dibangun kembali oleh VOC setelah mengalahkan kerajaan Gowa.

Di dalam kompleks Fort Rotterdam, terdapat Museum La Galigo yang merupakan replika pusat pemerintahan kerajaan Gowa. Salah satu yang terkenal adalah naskah sastra yang tertulis diatas lembaran lontar sebanyak 3500 lembar berjudul I La Galigo. I La Galigo dinobatkan sebagai naskah lontar terpanjang yang pernah ada dalam sejarah Indonesia.

Benteng Somba Opu
Benteng bersejarah yang lain adalah Somba Opu. Dibangun pada abad ke-15 oleh Raja Gowa IX. Namanya Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi Kallonna. Bahannya dari tanah liat dan putih telur, sebagai pengganti semen. Pada pertengahan abad ke-16 Benteng ini menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan rempah-rempah yang ramai dikunjungi pedagang asing dari Asia dan Eropa.

Benteng ini berbentuk persegi empat dengan dinding setebal 12 kaki. Di dalam benteng ditempatkan sebuah meriam terbesar yang pernah dimiliki oleh kerajaan di Indonesia pada jaman kolonial. Meriam yang dijuluki “Anak Makassar” ini berbobot 9.500 kg dengan panjang 6 meter dan berdiameter atau berkaliber 41,5 cm.

Pelabuhan Paotere
Sekitar tiga kilometer arah utara kota, anda dapat mengunjungi Pelabuhan Rakyat Tempo Dulu. Namanya Paotere. Legenda kemasyhuran Paotere membuat Makassar yang sempat bernama Macassar maupun Jungpandang ini ramai dibicarakan orang.

Pada abad ke-17. Jejak-jejak ketangguhan pelaut Makassar masih dapat kita jumpai di kawasan Paotere yang hingga kini masih menjadi pusat sandar kapal nelayan dari berbagai daerah.

Denyut aktifitas pelelangan ikan di Pelabuhan Paotere sudah ramai sejak dinihari. Aktivitas bongkar muat serta keriuhan nelayan menjajakan hasil tangkapannya menjadi pemandangan cukup unik. Bila senja menjelang, pemandangan di pelabuhan ini akan lebih indah lagi dengan panorama matahari tenggelam yang memancarkan warna-warni sebagai latar belakangnya.

Makam Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro, anak dari Sultan Hamngkubuwono III, yang wafat pada 8 Januari 1855 dimakamkan di sebuah kompleks pemakaman keluarga di Jalan Diponegoro, Makassar. Pangeran Diponegoro memimpin perlawanan terhadap Belanda dalam perang Jawa di tahun 1825 - 1830. Ditipu oleh Belanda kemudian dibuang ke Makassar hingga akhir hayatnya. Sebuah silsilah keluarga digambarkan di makam memperlihatkan bahwa keluarganya telah menetap di Makassar.

Makam Sultan Hasanuddin
Beranjak ke arah selatan kota, tepatnya di Sungguminasa, anda dapat berziarah ke makam ‘Ayam Jantan dari Timur’ Sultan Hasanuddin (1629-1690) yang terkenal dengan keberaniannya yang luar biasa dalam pertempuran melawan Belanda di Sulawesi Selatan. Tidak jauh dari makam tersebut terdapat sebuah mesjid berusia ratusan tahun yang dikenal dengan Masjid Tua Katangka. Dibangun pada 1605, sebagai pertanda awal masuknya Islam di kerajaan Gowa.

Sekitar satu kilometer dari masjid tua, terdapat kompleks makam Raja-raja Gowa dan keluarganya. Salahsatunya adalah makam tokoh pejuang dan ulama besar Syekh Yusuf al-Makassari. Ulama ini pernah dibuang oleh penjajah Belanda ke Cape Town, Afrika Selatan, hingga akhir hayatnya pada 23 Mei 1699 di usianya yang ke-73. Makam ulama yang bergelar ‘Taj al-Khalwatiyah Tuanta Salama” selalu ramai dikunjungi masyarakat Bugis-Makassar dengan hajat melepas nazar atau menyampaikan doa.

Pulau Samalona
Jika masih punya waktu, sebaiknya Anda mengunjungi beberapa pulau yang cukup dekat dengan kota Makassar. Di antaranya, Pulau Samalona. Pilau ini adalah tempat yang menyenangkan dan terkenal sebagai tempat untuk berenang dan menyelam, salah satu dari pulau-pulau koral di lepas pantai Makassar. Batu karang yang mengelilinginya berupa taman laut di bawah air mempunyai susunan koral dalam segala tipe dan warna warni yang indah dan berbagai rona warna yang sungguh mengagumkan dari ikan tropis dan kehidupan biota lautnya.

Pulau ini dulunya hanya diperuntukkan bagi kaum elit. Fasilitas saat ini tersedia bagi wisatawan yang ingin beristirahat malam di pulau tersebut. Untuk menuju pulau ini bisa menggunakan perahu nelayan (perahu dengan mesin tempel) dan memerlukan waktu tempuh tidak lebih dari setengah jam. Di pulau ini berdiri sebuah mercu suar yang digunakan sebagai tanda batas daratan bagi kapal-kapal berbadan besar.

Pulau Barrang Lompo
Dari Samalona, anda bisa meneruskan ke Pulau Barrang Lompo. Anda bisa menyaksikan taman laut yang sangat elok dan menarik. Diantara pulau disekitarnya hanya Barrang Lompolah yang mempunyai sumber mata air tawar menjadikan pulau ini banyak dihuni oleh nelayan, pelayar dan beberapa keluarga perajin perak tradisional.

Terakhir dalam perjalanan pulang dari pulau-pulau itu, jangan lupa mampir di Pulau Kayangan, dicapai 45 menit. Kayangan adalah pulau koral yang paling dekat dengan pelabuhan Makassar telah dikembangkan sebagai pusat rekreasi. Ia merupakan tempat bersantai yang terkenal bagi penduduk kota Makassar dan sekitarnya. Di akhir pekan, pertunjukan dan hiburan khusus selalu diprogramkan untuk menghibur para pengunjung. Perahu penyeberangan telah diatur secara berjadwal untuk mengantar pengunjung ke pulau dan membawanya kembali ke kota. Pulau-pulau lain yang juga tak kalah eloknya, adalah Pulau Kodingareng, Pulau Barrang Caddi.

8 komentar:

keren bro' mksh infonya tentang wisata makasar.
doakan aja gue punya uang banyak, bisa wisata kesana ma cewek gue..amin

Terima kasih atas informasinya. keren semiga semakin berkembangan.

Informasi yang bermanfaat, terima kasih gan.

Post a Comment